33 research outputs found
ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL PEMBUATAN TERASI DI KECAMATAN LANGSA BARAT KOTA LANGSA
Tujuan penelitian untuk mengetahui faktor strategis internal dan eksternal pengembangan industri kecil pengolahan terasi berkualitas di Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa dan Prioritas strategi dalam pengembangan industri kecil pengolahan terasi berkualitas di Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa.
Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa dengan menggunakan metode survey. Objek penelitian ini adalah pengusaha terasi, dinas perindustrian, dinas perikanan dan akademisi. Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada strategi pengembangan industri kecil pengolahan terasi di Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa dengan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity dan Treath). Penelitian dilaksanakan pada bulan September sampai Nopember 2016.
Populasi petani nelayan sebanyak 22 orang semua dijadikan sampel penelitian dengan rincian 15 orang dari Desa Simpang Lhee dan 7 orang dari Desa Lhok Banie. Sampel dari tokoh kunci sebanyak 5 orang terdiri dari sebagai berikut: 1 orang dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Langsa, 1 orang Dinas Perikanan Kota Langsa, 1 orang Ketua Pengusaha Terasi Kota Langsa dan 2 orang dari akademisi.
Hasil analisis SWOT usaha industri kecil pengolahan terasi terasi di Kelurahan Langsa Barat Kota Langsa diperoleh perioritas strategi sebagai berikut: Membentuk koperasi pengusaha terasi agar tidak ada perbedaan harga yang terlalu besar, Meningkatkan kwalitas sumberdaya manusia pengusaha terasi, Mengembangkan inovasi produk, Meningkatkan akses permodalan untuk meningkatkan produksi, Meningkatkan kerjasama dengan nelayan pemasok agar mendapatkan harga bahan baku yang kompetitif, Meningkatkan permintaan terasi dengan memperluas pasar, Mengembangkan sistem pemasaran yang efisien dan Meningkatkan kualitas terasi
Manfaat Pendampingan Terhadap Peningkatan Pengetahuan Orang Tua Dalam Penanganan Anak Cerebral Palsy
Latar Belakang: Cerebral Palsy adalah yang ditandai dengan perkembangan motorik yang abnormal atau terlambat, seperti paraplegia spastik, hemiplegia atau tetraplegia, yang sering disertai dengan retardasi mental, kejang atau ataksia. Dalam penanganan anak Cerebral Palsy peranan dari orang tua/keluarga penting. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Kurangnya dukungan ekonomi dan akses ke instansi kesehatan mempengaruhi pengetahuann orang tua. Keluarga harus memiliki pengetahuan khusus dalam penanganan anak dengan Cerebral Palsy. Pendampingan orang tua penyandang Cerebral Palsy dilakukan untuk mengajarkan dan melatih dalam menangani anak Cerebral Palsy. Pendampingan dimaksudkan supaya orang tua dapat memperlakukan dan menangani anaknya
yang Cerebral Palsy dengan tepat.
Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui apakah ada manfaat pendampingan terhadap peningkatan pengetahuan orang tua dalam penanganan anak Cerebral Palsy.
Metode Penelitian: Jenis penelitian ini adalah Quasi Eksperimental, dengan desain penelitian one group pre test and post test design. Tektik pengambilan sampel menggunakan Purposive Sampling. Jumlah sampel 12 orang tua anak Cerebral Palsy. Tehnik yang digunakan adalah metode pendampingan selama 30 hari, frekuensi 6x pertemuan. Uji Normalitas data menggunakan Shapiro-Willk tes kemudian dilanjutkan dengan uji hipotesa dengan Paired Sample T-test.
Hasil Penelitian: Dari hasil statistik didapatkan hasil nilai P adalah 0.0000 dimana p < 0.05 yang berarti Ha diterima. Artinya ada manfaat pendampingan terhadap peningkatan pengetahuan orang tua dalam penanganan anak Cerebral Palsy.
Kesimpulan: Pemberian pendampingan kepada orang tua terbukti dapat memberikan manfaat terhadap peningkatan pengetahuan orang tua dalam penanganan anak dengan kondisi Cerebral Palsy
Implementasi Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Gigi dan Mulut Menggunakan Metode Hybrid Case-Based dan Rule-Based Reasoning
Kesehatan adalah poin terpenting dalam hidup kita. Tanpa tubuh yang sehat, aktivitas kita sudah pasti akan terganggu. Terkadang kita lupa untuk menjaga tubuh kita, apalagi pada bagian-bagian tubuh yang terkecil seperti gigi dan mulut. Masyarakat di Indonesia khususnya cenderung untuk memeriksa gigi dan mulut ketika sudah mempunyai penyakit yang parah dan mengganggu aktivitas. Tentunya kebiasaan tersebut sangat tidak baik untuk tubuh dan kita harus mempunyai tindakan sebelum penyakit tersebut semakin parah. Untuk itu, dibuatlah sebuah sistem pakar yang dapat mendeteksi penyakit gigi dan mulut serta mendeteksi penyebab mengapa penyakit tersebut dapat muncul. Pengertian dari sistem pakar adalah sebuah sistem yang bekerja seperti layaknya seorang ahli di bidangnya sehingga dapat membantu permasalahan-permasalahan yang ada dalam hidup. Dengan adanya motor inferensi dan basis pengetahuan yang ada di sistem pakar ini, diharapkan pengguna mendapatkan solusi yang sama ketika berhadapan dengan pakar. Sistem ini menggunakan metode Hybrid Rule Based-case Based Reasoning dimana metode ini memiliki akurasi yang lebih baik dibandingkan metode yang berjalan sendiri. Ketika pengguna memasukkan gejala-gejala yang dierita pasien, proses Rule Based-Case Based Reasoning akan mengolah gejala tersebut sehingga dapat dideteksi penyakit yang diderita pasien. Gejala tersebut juga diolah dengan Case Based Reasoning sehingga didapat penyebab dari penyakit tersebut. Solusi penyakit yang didapat dari Rule Based-Case Based Reasoning akan di saring dengan batasan Similarity Value yang ditentukan sehingga solusi yang ditampilkan adalah solusi yang mempunyai tingkat kemiripan yang besar. Adapun ketiga metode Similarity Value yang diterapkan disini adalah Jaccard Similarity, Hamming Similarity, dan Cosine Similarity. Dari hasil yang didapat, dengan menerapkan metode Hybrid Rule Based-Case Based Reasoning didapat akurasi lebih tinggi dibandingkan metode yang berjalan sendiri. Dari hasil juga didapat bahwa Cosine Similarity mempunyai hasil yang lebih baik dibandingkan kedua metode lainnya. sistem pakar, Hybrid Rule Based-Case Based Reasoning, Jaccard Similarity, Hamming Similarity, Cosine Similarity
PENGELOLAAN ZAKAT PRODUKTIF MELALUI PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN (Studi Kasus Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Lampung Utara)
ABSTRAK
Pendayagunaan zakat telah diatur dalam Undang-Undang No. 23 Tahun
2011 Tentang Pengelolaan Zakat. Dikatakan dalam Undang-Undang ini bahwa
zakat dapat didayagunakan untuk usaha produktif ini dapat dilakukan apabila
kebutuhan dasar mustahik telah terpenuhi. Pendayugunaan zakat ini diharapkan
agar zakat benar-benar memberikan dampak yang signifikan dalam program
pengentasan kemiskinan jika mustahik (penerima zakat) benar dalam mengelola
zakat untuk dikembangkan sebagai modal usaha. Penelitian ini akan dianalisis
menggunakan teori pemberdayaan masyarakat dan teori pengembangan
kewirausahaan.
Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah: 1) Bagaimana
sistem pengelolaan dana zakat produktif melalui kewirausahaan yang dilakukan
BAZNAS Lampung Utara terhadap dana zakat. 2) Apa faktor pendukung dan
penghambat pengembangan dana zakat produktif untuk kewirausahaan yang
dilakukan BAZNAS Lampung Utara. 3). Bagaimana tinjauan hukum Islam
tentang pengelolaan zakat produktif yang dilakukan BAZNAS Lampung Utara.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui sistem pengelolaan dana zakat
produktif melalui kewirausahaan yang dilakukan BAZNAS (Badan Amil Zakat
Nasional) Lampung Utara terhadap dana zakat dan untuk mengetahui faktor
pendukung dan penghambat pengembangan dana zakat produktif untuk
kewirausahaan BAZNAS Lampung Utara. Serta untuk mengetahui bagaimana
tinjauan hukum Islam tentang pengelolaan zakat produktif yang dilakukan
BAZNAS Lampung Utara
Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikemukakan bahwa sesuai
dengan teori pengembangan kewirausahaan maupun teori motivasi berwirausaha,
di dalam zakat produktif di mana harta atau dana zakat yang diberikan kepada
para mustahik tidak dihabiskan akan tetapi dikembangkan dan digunakan untuk
membantu usaha mereka, sehingga dengan usaha tersebut mereka dapat
memenuhi kebutuhan hidup secara terus menerus. Faktor-faktor pendukung
pengembangan dana zakat produktif untuk kewirausahaan yang dilakukan
BAZNAS Lampung Utara antara lain: 1) Kerja sama antar pengurus Badan Amil
Zakat Nasional (BAZNAS). 2) Peran serta Pemerintah Daerah dalam hal Dinas
Pertanian dan Peternakan untuk bantuan tenaga kesehatan hewan untuk kesehatan
hewan ternak mustahik. Faktor-faktor penghambat pengembangan dana zakat
produktif untuk kewirausahaan yang dilakukan BAZNAS Lampung Utara antara
lain: a) Kurang maksimalnya amil dalam menghimpun dana zakat dikarenakan
mempunyai pekerjaan lain selain di BAZNAS. b) Kurangnya tingkat kesadaran
mustahik untuk mengembangkan usahanya sehingga usahanya sulit dapat
berkembang sesuai dengan harapan. 3) Tinjauan hukum Islam tentang
pengelolaan zakat produktif pada kasus ini tidak diperbolehkan, dikarenakan
adanya penambahan pada objek pengembalian
Evolution Magmatism of Nagasari Volcano Dieng, Central Java, Indonesia
Nagasari Volcano, part of the Dieng volcanic complex, is one of the unique volcanoes in Central Java. Around this volcano grow eruption craters, volcanic cones, and pyroclastic flow ridges. There were several 14 eruption centers around Mount Nagasari, so it is necessary to know the development of magmatism evolution. The aims of the research to determine the evolutionary development of magmatism. The methodology used is geological mapping and petrographic analysis. The observations of rocks found in the study area include andesite lava, lapilli-tuff, fallen pyroclastic breccias, and flow pyroclastic breccias. Meanwhile, geological mapping and petrographic observations of volcanic rock samples show that the evolution of magmatism in the study area from the oldest to the youngest is basaltic magma that formed Prau Volcano in the pre-caldera period. On the other hand, magmatism in the post-caldera I period was of the type of pyroxene andesite forming the Gembol to Jimat Volcano group. In contrast, in the post-caldera II period, the hornblende-biotite andesite group formed the Dieng Kulon to Kendil group
SPATIAL ANALYSIS OF VOLCANIC ASH DISTRIBUTION DUE TO VOLCANIC ERUPTION IN JAVA ISLAND
Indonesia is located on the Ring of Fire with the most geologically active than any other countries, which makes it vulnerable due to the massive earthquakes and volcanic eruptions. Java Island has the most active volcano with high risks such as human risk and infrastructure from volcanic ash because of volcanic eruptions. The availability of the map of potential volcanic hazards is important to help mitigate the risk caused by volcanic eruptions. However, to the best of the author's knowledge, the distribution of volcanic ash has never been assessed in detail in the disaster-prone hazard map published by the Centre for Volcanology and Geological Hazard Mitigation (CVGHM), Indonesia. This research reported the potential distribution of volcanic ash due to volcanic eruptions in the future in Java island. Following the principles of Probabilistic Hazard Assessment and TephraProb software, the modeling of volcanic ash potential was performed using various parameters such as historical data, eruption source parameter, total grain-size distribution, tephra2 parameter, and the wind speed around the volcanoes as an input. The map shows the distribution of volcanic ash based on the volcanic ash accumulation (kg/m2) and the volcanic ash hazard map is classified into three classes. There are 19 models of volcanic ash distribution with various probabilities of exceedance based on 19 A-type volcanoes on Java Island. This volcano's distribution of volcanic ash tends to the southwest as the wind speed and direction
Kualitas perairan dan status pencemaran perairan pantai Kota Ternate
Tujuan penelitian adalah mengkaji kondisi beberapa parameter fisika kimia perairan dan menentukan status pencemaran pantai Kota Ternate. Pengambilan sampel dilakukan di tiga lokasi di perairan pantai Kota Ternate yaitu Kelurahan Kayu Merah, Kota Baru, dan Kampung Makassar. Pada tiap lokasi diambil 9 titik dengan sebaran masing-masing 3 titik sampling dekat pantai, 3 titik sampling bagian tengah kearah tegak lurus pantai, dan 3 titik dibagian dekat laut lepas. Parameter fisika kimia yang diukur secara in situ yaitu suhu, salinitas, pH, oksigen terlarut, dan kekeruhan dengan water quality checker. Konsentrasi nitrat tentukan dengan metode SNI 06.6989.9.2-2004, konsentrasi fosfat ditentukan dengan metode SNI 06.6909.31-2005, dan konsentrasi minyak dan lemak ditentukan dengan metode SNI 06.6989.10-2004. Penentuan status pencemaran perairan menggunakan metode indeks pencemaran. Hasil penelitian diperoleh, semua parameter fisika kimia dalam kondisi yang normal atau di bawah baku mutu kualitas perairan untuk kelangsungan hidup biota kecuali konsentrasi nitrat telah melampaui baku mutu. Hasil analisis indeks pencemaran pada tiap parameter fisika kimia menunjukkan status pencemaran perairan dari kategori baik, tercemar ringan, dan tercemar berat, sedang penilaian secara umum terhadap lokasi perairan pantai Kota Ternate diperoleh status tercemar ringan.Kata kunci: indeks pencemaran, parameter fisika kimia, Kota Ternat
The magmatic and eruptive evolution of the 1883 caldera-forming eruption of Krakatau: Integrating field- to crystal-scale observations
Explosive, caldera-forming eruptions are exceptional and hazardous volcanic phenomena. The 1883 eruption of Krakatau is the largest such event for which there are detailed contemporary written accounts, allowing information on the eruptive progression to be integrated with the stratigraphy and geochemistry of its products. Freshly exposed sequences of the 1883 eruptive deposits of Krakatau, stripped of vegetation by a tsunami generated by the flank collapse of Anak Krakatau in 2018, shed new light on the eruptive sequence. Matrix glass from the base of the stratigraphy is chemically distinct and more evolved than the overlying sequence indicating the presence of a shallow, silicic, melt-rich region that was evacuated during the early eruptive activity from May 1883 onwards. Disruption of the shallow, silicic magma may have led to the coalescence and mixing of chemically similar melts representative of a range of magmatic conditions, as evidenced by complex and varied plagioclase phenocryst zoning profiles. This mixing, over a period of two to three months, culminated in the onset of the climactic phase of the eruption on 26th August 1883. Pyroclastic density currents (PDCs) emplaced during this phase of the eruption show a change in transport direction from north east to south west, coinciding with the deposition of a lithic lag breccia unit. This may be attributed to partial collapse of an elevated portion of the island, resulting in the removal of a topographic barrier. Edifice destruction potentially further reduced the overburden on the underlying magmatic system, leading to the most explosive and energetic phase of the eruption in the morning of 27th August 1883. This phase of the eruption culminated in a final period of caldera collapse, which is recorded in the stratigraphy as a second lithic lag breccia. The massive PDC deposits emplaced during this final phase contain glassy blocks up to 8 m in size, observed for the first time in 2019, which are chemically similar to the pyroclastic sequence. These blocks are interpreted as representing stagnant, shallow portions of the magma reservoir disrupted during the final stages of caldera formation. This study provides new evidence for the role that precursory eruptions and amalgamation of shallow crustal magma bodies potentially play in the months leading up to caldera-forming eruptions